Artikel ini adalah artikel yang dibawakan oleh Indra Prayana, Pembicara di Ulin Bandoeng #1 "Jiwa Muda Koleksi Tua", Baltos, Bandung, 24/01/2016. Berikut ini teksnya, semoga bermanfaat :)
Oleh. Indra Prayana
“Buku lama adalah buku baru bagi mereka yang belum
membacanya”.
(Samuel Butler).
Akhir pekan kemarin bertempat di Baltos
(Balubur Town Squer) salah satu mall di
Bandung diadakan acara diskusi yang memotret perkembangan buku-buku
lawas nan langka dari berbagai macam perspektif yang mempunyai nilai peradaban
serta diaktualisasikan dengan perkembangan jaman sekarang. Diskusi yang di
inisiasi oleh ULIN Bandoeng suatu komunitas anak muda yang konsens pada sejarah
kota Bandung itu dipetakan dalam sebuah tajuk “ Jiwa Muda Koleksi Tua”, tentu
maksudnya untuk menginventarisir dan “membaca ulang” buku-buku langka yang
berada di tangan orang-perorangan. Semangat mempelajari perjalanan bangsa
Indonesia dalam naskah dan buku-buku lama
untuk dihubungkan dengan konteks kekinian tentu sangat bermanfaat karena
sebagai upaya mengenal lebih jauh Indonesia sebagai bangsa besar yang berproses
dari jaman ke jaman, yang tersimpan dalam setiap lembar-lembar buku.
Masa lalu senantiasa masa kini dan masa
depan manakala ditempatkan dalam konteks dan kepentingannya. Menjadi bahan
penelitian untuk dimanfaatkan generasi mendatang, pendeknya menjadi ilmu
sejarah. Dan sejarah itu pula yang menjadi bagian dari perjalanan umat manusia
yang tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan. Untuk membaca kejadian dimasa lalu
itu harus ada yang bisa dijadikan dokumentasi, dan buku merupakan pantulan dokumentasi
yang paling otoritatif dari sebuah narasi sejarah itu sendiri.
Selama
bergelut dengan buku, setidaknya ada beberapa katagori sehingga suatu buku bisa
dimasukan ke dalam spesifikasinya. Pertama katagori Antiquariat, dengan standar
penilaian umum bahwa suatu buku dikatakan antik bila sudah berusia di atas 50
tahun ke atas, kalau di hitung mundur dari tahun sekarang berarti semua buku
yang terbit sebelum tahun 1966 masuk katagori ini, tentunya bersifat subjektif
karena klasifikasi ini masih terlalu besar dan tanpa mempertimbangkan kontens
serta manfaat dari suatu buku. Kedua
katagori Langka, dalam katagori ini setidaknya ada beberapa varian :
- Ada buku yang menjadi best seller/favorit pada masanya dan tidak dicetak ulang lagi pada saat ini. semisal buku Semerbak Bunga Di Bandung Raya karya Haryoto Kunto, buku babon yang mengupas sejarah kota Bandung itu memiliki ketebalan 1116 halaman, buku ini belum mengalami cetak ulang lagi setelah pertamakalinya pada tahun 1986 oleh penerbit Granesia Bandung. – Lalu ada buku baru tetapi di cetak secara terbatas atau untuk kalangan tertentu, biasanya dicetak untuk kepentingan komunitas atau tamu-tamu negara.
- Selanjutnya ada buku yang secara khusus menerangkan peristiwa atau tokoh tertentu yang secara khusus pula pada kurun waktu tertentu. Ketiga katagori Unik, dalam katagori ini bisa berlaku pada semua genre buku. Baik buku baru ataupun lama tetapi ia mempunyai perbedaan dengan yang lain. Seperti ada tanda tangan penulisnya, atau ada hal-hal unik, tabu, atau apapun yang tidak lazim dalam tersebut.
Ada beberapa buku untuk mewakili
beberapa katagori di atas diantaranya buku :
Soendanesche
Bloemlezing
Buku ini terbit di penghujung abad 19
yang merupakan tulisan dari G.J. Grashuis seorang penerjemah injil yang di
tugaskan pemerintah Hindia Belanda di Jawa Barat dengan kepintarannya ia
mempelajari dan mengusai bahasa Sunda sebagai bahasa yang dipakai penduduk
setempat. Menulis mengenai bahasa dan sastra dalam bahasa sunda, yang salah
satunya merupakan antologi cerita-cerita muslim ini “Soendanesche Bloemleizing
legenden en Moslimsche leerboekjes” (antologi sunda : legenda dan buku
bacaan muslim) yang diterbitkan oleh penerbit Leiden – A.W. Sijthoff pada tahun
1891 dengan ketebalan buku 136 halaman.
Buku ini memuat sekitar 17 cerita
dongeng seputar kisah-kisah muslim, diantaranya : 1.Dongeng Noe Dikanijaja, 2.
Dongeng Djalma Haloeta, 3 Iju Kitab Sadjarah, 4. Iju Kitab Hikajat Tjarios
Setan dst. meskipun kisah itu termuat dalam antalogi kesusastraan tetapi dalam
catatan Mikihiro Moriyama (seorang peneliti kesusastraan sunda) sangat
menyayangkan bahwa karya2 Grashuis memiliki
mutu sastra yang rendah, tidak terdapat nilai estetika dan artistik sastra, dan itu diakui sendiri oleh
G.J Grashuis bahwa sebagaimana dikutip Mikihiro “ walau karya-karya tertulis
itu penting dari pandangan linguistik, tetapi karya-karya tidak bisa disebut
karya sastra. Puisi-puisi itu hanya bersajak juga prosa yang nilainya
rendah”. (lihat tulisan Mikihiro
Moriyama “ Mencari Akar Pemikiran Sastra Sunda Modern: Setelah Masuknya
Pengaruh Belanda pada Paruh kedua Abad 19” ) .
Kesah Pelajaran
Abdoellah Bin Abdel Kadir Moensji dari Singapoera sampai ke Negeri Kalantan (menggunakan bahasa melayu)
Buku ini merupakan karangan Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1838 oleh salah satu
penerbit di Singapura, penulisan mengenai kisah pelayaran dari negeri Singapura
ke Kelantan Malaysia. Pada edisi kedua (1852) dengan menggunakan huruf jawi.
Pada tahun 1855 seorang belanda bernama J.Pijnappel menerbitkan juga dalam
edisi bahasa melayu, dan selanjutnya pada tahun 1893 R. Brons Middel menyalin
kisah pelayaran Abdullah tersebut untuk kepentingan bahan bacaan pada
sekolah-sekolah di Hindia Belanda.
Buku
ini berukuran agak kecil 18 x 13 cm dengan ketebalan buku 156 halaman.
Tentunya dengan menggunakan bahasa melayu rendah. TerTjap di Pengetjapan Kitab
Toewan E.J. BRILL Leiden 1893. Di tanah melayu sendiri Malaysia kisah ini
diterbitkan pada tahun 1960 an yang disunting oleh Kassim Ahmad, sedangkan di Indonesia buku ini diterbitkan dalam karya
lengkap Abdullah Bin abdul Kadir Munsyi yang di sunting oleh Amin Sweeney dan
diterbitkan Gramedia pada tahun 2005.
Riwajat Ir.Soekarno
Dari
sekian banyak buku mengenai Bung Karno, nampaknya buku ini mengandung keunikan
tersendiri, karena menjadi data baru untuk mematahkan data sebelumnya. Menurut
beberapa keterangan, buku biografi pertama mengenai Bung Karno ditulis oleh Im
Yang Tjoe seorang penulis asal dari Tegal. Im Yang Tjoe menulis “Soekarno Sebagi Manoesia” yang
dikeluarkan oleh penerbit Revina Solo pada tahun 1933.
Sedangkan buku “Riwajat Ir.Soekarno” yang ditulis oleh
Wiranta seorang aktivis pergerakan itu terbit pada tahun 1932 setahun lebih
awal. Diterbitkan di Bandung oleh penerbit Dahlan Bekti sebuah penerbit yang
banyak menerbitkan buku2 “alternatif” diluar penerbitan balai pustaka yang di
kontrol pemerintah hindia Belanda. Buku kecil berukuran 16 x11 cm dengan
ketebalan 80 halaman ini ditulis dalam bahasa sunda mengupas masa kecil Sukarno
sampai perannya dalam perjuangan kemerdekaan.
ILLUSTRATED UNIVERSAL HISTORY
Buku ini di tulis oleh Edmund Ollier, yang membahas sejarah secara umum
dengan ilustrasi dan gambar-gambar. Diterbitkan oleh Cassell & Company
Limited Tahun 1884.
Bentuk buku hard cover dengan ketebalan buku 572 hal. Mungkin buku ini
sama saja dengan buku sejarah2 bergambar pada umumnya, tetapi ada yang unik
pada buku ini terutama antara halaman 59 sampai halaman 82. Ketika saya
mendapatkan buku ini pada salah satu pedagang lapak di Bandung antara halaman
tersebut ditutup kertas putih dan terdapat tulisan “ jangan di buka” dengan
menggunakan tinta merah. Tentunya dengan rasa penasaran saya membuka kertas
itu, ternyata pemilik pertama dari buku ini sengaja menutupnya karena terdapat
gambar-gambar yang sangat tabu untuk digambarkan, yaitu beberapa gambar fisik nabi
Muhammad dan potongan Quran terbitan pertama (first edition).
KORAN HINDIA - NEDERLAND
Koran tentunya beda dengan buku, tingkat kehancuran dan rusaknya kertas
koran jauh lebih beresiko. Kalau buku setidaknya terlindungi oleh kerapatan
dari tiap-tiap lembar kertasnya, belum lagi dengan jilid depan belakang yang
kuat. Sedangkan kertas koran lebih tipis dan rapuh yang tidak terlindungi,
apalagi koran abad 19 hanya satu atau dua lembar saja.
Hindia – Nederland dengan tagline Surat Kabar Betawi, di tjitak dan
dikeloerkan oleh: H.M Van Dorp & Co, koran diatas bernomor 45 masih tahun
pertama terbit, Rebo 3 September 1873, -+ 143 tahun usianya. Isinya beragam berita dan perdagangan di
Batavia Omstreken juga berita dari priangan timur.
Buku dan koran diatas
merupakan khazanah berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan sendiri. Lalu apa yang
menjadi manfaat konkrit dari keberadaan buku-buku langka tersebut untuk
kepentingan masyarakat, mungkin dalam jangka waktu yang dekat bisa dimanfaatkan
sebagai suatu pendokumentasian yang bisa berbentuk database ataupun
perpustaakan yang bisa diakses dan dimanfaatkan sebagai laboratorium
penelitian. Seperti kita ketahui banyak para peneliti kita untuk membuat tesis
atau desertasi harus jauh-jauh ke Universitas Leiden Belanda hanya untuk
mencari atau mengkopi referensi aslinya, karena minimnya sumber otentik di
perpustakaan-perpustakaan kita. Maka penting kiranya untuk membuat pendataan
buku-buku langka yang dimiliki perorangan untuk bisa diakses dan bermanfaat
bagi masyarakat luas.
Dari sisi lain kegiatan literasi atau diskusi buku yang
di lakukan oleh berbagai komunitas lokal di Bandung dapat menumbuhkan iklim
bisnis dan pariwisata, karena ketika semua lapisan masyarakat peduli dengan
berbagai kegiatan literasi maka kemungkinan kota Bandung akan terpilih sebagai
ibu kota buku sejagat suatu keniscayaan, meskipun bukan itu yang menjadi pokok
perhatian.
Penulis,
Pengumpul Buku Langka
Tinggal
di Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar