Senin, 07 Maret 2016

INDONESIA DALAM LIPATAN BUKU LANGKA


Artikel ini adalah artikel yang dibawakan oleh Indra Prayana, Pembicara di Ulin Bandoeng #1 "Jiwa Muda Koleksi Tua", Baltos, Bandung, 24/01/2016. Berikut ini teksnya, semoga bermanfaat :)

Indonesia dalam Lipatan Buku Langka
Oleh. Indra Prayana



“Buku lama adalah buku baru bagi mereka yang belum membacanya”. 
(Samuel Butler).

Akhir pekan kemarin bertempat di Baltos (Balubur Town Squer) salah satu mall di  Bandung diadakan acara diskusi yang memotret perkembangan buku-buku lawas nan langka dari berbagai macam perspektif yang mempunyai nilai peradaban serta diaktualisasikan dengan perkembangan jaman sekarang. Diskusi yang di inisiasi oleh ULIN Bandoeng suatu komunitas anak muda yang konsens pada sejarah kota Bandung itu dipetakan dalam sebuah tajuk “ Jiwa Muda Koleksi Tua”, tentu maksudnya untuk menginventarisir dan “membaca ulang” buku-buku langka yang berada di tangan orang-perorangan. Semangat mempelajari perjalanan bangsa Indonesia dalam naskah dan buku-buku lama  untuk dihubungkan dengan konteks kekinian tentu sangat bermanfaat karena sebagai upaya mengenal lebih jauh Indonesia sebagai bangsa besar yang berproses dari jaman ke jaman, yang tersimpan dalam setiap lembar-lembar buku.          
Masa lalu senantiasa masa kini dan masa depan manakala ditempatkan dalam konteks dan kepentingannya. Menjadi bahan penelitian untuk dimanfaatkan generasi mendatang, pendeknya menjadi ilmu sejarah. Dan sejarah itu pula yang menjadi bagian dari perjalanan umat manusia yang tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan. Untuk membaca kejadian dimasa lalu itu harus ada yang bisa dijadikan dokumentasi, dan buku merupakan pantulan dokumentasi yang paling otoritatif dari sebuah narasi sejarah itu sendiri.
       Selama bergelut dengan buku, setidaknya ada beberapa katagori sehingga suatu buku bisa dimasukan ke dalam spesifikasinya. Pertama katagori Antiquariat, dengan standar penilaian umum bahwa suatu buku dikatakan antik bila sudah berusia di atas 50 tahun ke atas, kalau di hitung mundur dari tahun sekarang berarti semua buku yang terbit sebelum tahun 1966 masuk katagori ini, tentunya bersifat subjektif karena klasifikasi ini masih terlalu besar dan tanpa mempertimbangkan kontens serta manfaat dari suatu buku.  Kedua katagori Langka, dalam katagori ini setidaknya ada beberapa varian :
  • Ada buku yang menjadi best seller/favorit pada masanya dan tidak dicetak ulang lagi pada saat ini. semisal buku Semerbak Bunga Di Bandung Raya karya Haryoto Kunto, buku babon yang mengupas sejarah kota Bandung itu memiliki ketebalan 1116 halaman, buku ini belum mengalami cetak ulang lagi setelah pertamakalinya pada tahun 1986 oleh penerbit Granesia Bandung. – Lalu ada buku baru tetapi di cetak secara terbatas atau untuk kalangan tertentu, biasanya dicetak untuk kepentingan komunitas atau tamu-tamu negara.
  • Selanjutnya ada buku yang secara khusus menerangkan peristiwa atau tokoh tertentu yang secara khusus pula pada kurun waktu tertentu. Ketiga katagori Unik, dalam katagori ini bisa berlaku pada semua genre buku. Baik buku baru ataupun lama tetapi ia mempunyai perbedaan dengan yang lain. Seperti ada tanda tangan penulisnya, atau ada hal-hal unik, tabu, atau apapun yang tidak lazim dalam tersebut.
Ada beberapa buku untuk mewakili beberapa katagori di atas diantaranya buku :

Soendanesche Bloemlezing
Buku ini terbit di penghujung abad 19 yang merupakan tulisan dari G.J. Grashuis seorang penerjemah injil yang di tugaskan pemerintah Hindia Belanda di Jawa Barat dengan kepintarannya ia mempelajari dan mengusai bahasa Sunda sebagai bahasa yang dipakai penduduk setempat. Menulis mengenai bahasa dan sastra dalam bahasa sunda, yang salah satunya merupakan antologi cerita-cerita muslim ini “Soendanesche Bloemleizing legenden en Moslimsche leerboekjes” (antologi sunda : legenda dan buku bacaan muslim) yang diterbitkan oleh penerbit Leiden – A.W. Sijthoff pada tahun 1891 dengan ketebalan buku 136 halaman. 
Buku ini memuat sekitar 17 cerita dongeng seputar kisah-kisah muslim, diantaranya : 1.Dongeng Noe Dikanijaja, 2. Dongeng Djalma Haloeta, 3 Iju Kitab Sadjarah, 4. Iju Kitab Hikajat Tjarios Setan dst. meskipun kisah itu termuat dalam antalogi kesusastraan tetapi dalam catatan Mikihiro Moriyama (seorang peneliti kesusastraan sunda) sangat menyayangkan bahwa karya2 Grashuis memiliki  mutu sastra yang rendah, tidak terdapat nilai estetika dan  artistik sastra, dan itu diakui sendiri oleh G.J Grashuis bahwa sebagaimana dikutip Mikihiro “ walau karya-karya tertulis itu penting dari pandangan linguistik, tetapi karya-karya tidak bisa disebut karya sastra. Puisi-puisi itu hanya bersajak juga prosa yang nilainya rendah”.  (lihat tulisan Mikihiro Moriyama “ Mencari Akar Pemikiran Sastra Sunda Modern: Setelah Masuknya Pengaruh Belanda pada Paruh kedua Abad 19” ) .  


Kesah Pelajaran Abdoellah Bin Abdel Kadir Moensji dari Singapoera sampai ke Negeri Kalantan (menggunakan bahasa melayu)
Buku ini merupakan karangan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1838 oleh salah satu penerbit di Singapura, penulisan mengenai kisah pelayaran dari negeri Singapura ke Kelantan Malaysia. Pada edisi kedua (1852) dengan menggunakan huruf jawi. Pada tahun 1855 seorang belanda bernama J.Pijnappel menerbitkan juga dalam edisi bahasa melayu, dan selanjutnya pada tahun 1893 R. Brons Middel menyalin kisah pelayaran Abdullah tersebut untuk kepentingan bahan bacaan pada sekolah-sekolah di Hindia Belanda.
Buku ini berukuran agak kecil  18 x  13 cm dengan ketebalan buku 156 halaman. Tentunya dengan menggunakan bahasa melayu rendah. TerTjap di Pengetjapan Kitab Toewan E.J. BRILL Leiden 1893. Di tanah melayu sendiri Malaysia kisah ini diterbitkan pada tahun 1960 an yang disunting oleh Kassim Ahmad, sedangkan  di Indonesia buku ini diterbitkan dalam karya lengkap Abdullah Bin abdul Kadir Munsyi yang di sunting oleh Amin Sweeney dan diterbitkan Gramedia pada tahun 2005.


Riwajat Ir.Soekarno
      Dari sekian banyak buku mengenai Bung Karno, nampaknya buku ini mengandung keunikan tersendiri, karena menjadi data baru untuk mematahkan data sebelumnya. Menurut beberapa keterangan, buku biografi pertama mengenai Bung Karno ditulis oleh Im Yang Tjoe seorang penulis asal dari Tegal. Im Yang Tjoe menulis “Soekarno Sebagi Manoesia” yang dikeluarkan oleh penerbit Revina Solo pada tahun 1933. 
      Sedangkan buku “Riwajat Ir.Soekarno” yang ditulis oleh Wiranta seorang aktivis pergerakan itu terbit pada tahun 1932 setahun lebih awal. Diterbitkan di Bandung oleh penerbit Dahlan Bekti sebuah penerbit yang banyak menerbitkan buku2 “alternatif” diluar penerbitan balai pustaka yang di kontrol pemerintah hindia Belanda. Buku kecil berukuran 16 x11 cm dengan ketebalan 80 halaman ini ditulis dalam bahasa sunda mengupas masa kecil Sukarno sampai perannya dalam perjuangan kemerdekaan. 

ILLUSTRATED UNIVERSAL HISTORY
       Buku ini di tulis oleh Edmund Ollier, yang membahas sejarah secara umum dengan ilustrasi dan gambar-gambar. Diterbitkan oleh Cassell & Company Limited Tahun 1884.
        Bentuk buku hard cover dengan ketebalan buku 572 hal. Mungkin buku ini sama saja dengan buku sejarah2 bergambar pada umumnya, tetapi ada yang unik pada buku ini terutama antara halaman 59 sampai halaman 82. Ketika saya mendapatkan buku ini pada salah satu pedagang lapak di Bandung antara halaman tersebut ditutup kertas putih dan terdapat tulisan “ jangan di buka” dengan menggunakan tinta merah. Tentunya dengan rasa penasaran saya membuka kertas itu, ternyata pemilik pertama dari buku ini sengaja menutupnya karena terdapat gambar-gambar yang sangat tabu untuk digambarkan, yaitu beberapa gambar fisik nabi Muhammad dan potongan Quran terbitan pertama (first edition).     

KORAN HINDIA - NEDERLAND
          Koran tentunya beda dengan buku, tingkat kehancuran dan rusaknya kertas koran jauh lebih beresiko. Kalau buku setidaknya terlindungi oleh kerapatan dari tiap-tiap lembar kertasnya, belum lagi dengan jilid depan belakang yang kuat. Sedangkan kertas koran lebih tipis dan rapuh yang tidak terlindungi, apalagi koran abad 19 hanya satu atau dua lembar saja.
          Hindia – Nederland dengan tagline Surat Kabar Betawi, di tjitak dan dikeloerkan oleh: H.M Van Dorp & Co, koran diatas bernomor 45 masih tahun pertama terbit, Rebo 3 September 1873, -+ 143 tahun usianya.  Isinya beragam berita dan perdagangan di Batavia Omstreken juga berita dari priangan timur.   
  Buku dan koran diatas merupakan khazanah berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan sendiri. Lalu apa yang menjadi manfaat konkrit dari keberadaan buku-buku langka tersebut untuk kepentingan masyarakat, mungkin dalam jangka waktu yang dekat bisa dimanfaatkan sebagai suatu pendokumentasian yang bisa berbentuk database ataupun perpustaakan yang bisa diakses dan dimanfaatkan sebagai laboratorium penelitian. Seperti kita ketahui banyak para peneliti kita untuk membuat tesis atau desertasi harus jauh-jauh ke Universitas Leiden Belanda hanya untuk mencari atau mengkopi referensi aslinya, karena minimnya sumber otentik di perpustakaan-perpustakaan kita. Maka penting kiranya untuk membuat pendataan buku-buku langka yang dimiliki perorangan untuk bisa diakses dan bermanfaat bagi masyarakat luas. 
Dari sisi lain kegiatan literasi atau diskusi buku yang di lakukan oleh berbagai komunitas lokal di Bandung dapat menumbuhkan iklim bisnis dan pariwisata, karena ketika semua lapisan masyarakat peduli dengan berbagai kegiatan literasi maka kemungkinan kota Bandung akan terpilih sebagai ibu kota buku sejagat suatu keniscayaan, meskipun bukan itu yang menjadi pokok perhatian.    

Penulis, Pengumpul Buku Langka
Tinggal di Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar